Sebelum menjadi salah satu tujuan wisata, hutan di daerah Mangunan adalah tanah tandus yang kemudian direboisasi. Tidak hanya pinus, jenis pohon mahoni, akasia, hazelnut dan eucalyptus juga ditanam di lahan seluas sekitar 500 hektar ini. Sekarang daerah Mangunan, terutama bagian ditanami dengan pohon-pohon pinus tidak hanya berfungsi sebagai hutan lindung tetapi juga berhasil sebagai salah satu tujuan wisata. Berbagai fasilitas wisata seperti gardu pandang, pertunjukan yang menyatu dengan alam, Kamar mandi umum, musholla, dan warung-warung sederhana telah dibangun di kawasan wisata ini.
Tidak hanya suasana hutan yang indah yang menarik perhatian banyak wisatawan, keberadaan sumber musim semi Bengkung dipercaya oleh masyarakat sekitar sebagai lokasi pertapaan Sultan Agung Hanyakrakusuma juga menarik peziarah datang untuk mengunjungi. Untuk menemukan situs musim semi yang kemudian dibangun oleh pemerintah Belanda di tahun 1925 hingga 1930 ada beberapa jalan yang dapat diambil, dapat oleh trekking dari tempat parkir melalui hutan yang memenuhi erat outbound Watu Abang atau jalan melingkar lebih jauh tetapi dapat dicapai dengan sepeda atau sepeda motor.
Ketika kita menginjakkan kaki di tanah yang sebagian besar ditutupi dengan kering pinus-seperti permadani, matahari meningkat tinggi dan terlihat mulai mengintip dari sela-sela pinus. Hangat cahaya pasti repels dingin yang telah menyertai karena kami datang. Dalam obrolan kerumunan orang-orang muda yang diselingi dengan tawa mulai mengisi keheningan yang telah hanya berisi suara gesekan dalam daun. Itu tidak lama, beberapa dari mereka mulai menimbulkan menyenangkan dan mengabadikan gaya menggunakan kamera. Silang pada batang pinus yang telah berubah menjadi sederhana bangku atau duduk di ayunan dengan manja pose.
Suasana hutan pinus yang selalu dipuji seperti hutan di Forks atau kota-kota lain kecil di Evergreen negara dalam film Hollywood putus menjadi daya tarik tersendiri bagi para pecinta fotografi dan selfie penggemar. Sampai tak heran hutan pinus sering dikunjungi untuk tujuan fotografi termasuk pra-wedding. Bahkan lokal pokdarwis sengaja dibangun tempat khusus begitu sering tempat ini digunakan untuk pra-wedding. Selain barisan pohon pinus yang meningkatkan latar belakang foto, ada sebuah filosofi yang menarik tentang pohon pinus sebagai lambang Korea cinta. Menurut mereka, sebuah pohon pinus dengan batang lurus adalah simbol cinta yang lurus dan tak bercabang. Sementara daun pinus selalu hijau adalah disamakan dengan cinta yang tidak pernah berakhir, cinta abadi.
Sementara orang-orang bersemangat untuk menangkap setiap saat dalam kamera tembakan, saya memilih untuk menikmati suasana hutan di ayunan tempat tidur gantung di bawah kanopi dedaunan pinus. Gemerisik daun dan ranting menjadi sebuah simfoni alam yang mampu menggelapkan semua orang ke dalam fantasi. Suasana tenang Mangunan hutan pinus mampu menghapuskan semua beban dan kompleksitas yang diisi gang-gang pikiran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar