Selasa, 23 Mei 2017

Museum benteng vredeburg menjadi favorit

Sore itu udara adalah suhu biasa. Namun, saya berulang kali mengusap keringat dari tanganku. Hampir aku membawa sebuah ember kecil untuk mengakomodasi keringat sungai yang telah melahirkan cucu. Dengan senyum kecut sedikit, maka saya terpaksa membeli air minum dalam kemasan di vendor di sekitar benteng yang telah berusia mirip dengan masa kolonial Belanda di Nusantara ini.

Langkah saya berhenti di depan Kastil. Pagar bangunan khas Belanda tua yang menyapa saya tegas seolah-olah menunjukkan betapa kuat dan terawat baik bangunan ini. Kamera tidak luput dari tangan saya ketika mencoba untuk merekam adegan dua teman saya yang pertama kali memasuki gerbang Kastil. Seorang pria dengan tutup kepala dan kacamata hitam, dan satu lainnya hanya dengan kacamata, tetapi keduanya bersama-sama dalam sebuah payung.

Kemudian beberapa saat kemudian saya diikuti dengan seribu langkah menuju gerbang Kastil. Di dalam pintu gerbang, terdapat loket pembelian tiket yang menyatakan harga nominal penerimaan. Di sisi kanan, ada informasi hari dan jam buka Kastil. Teman saya bergegas untuk membeli tiket tiga. Dan, beberapa menit kemudian kami berada di tengah-tengah bangunan yang disebut Fort Vredenburg.
Sebelum nama Benteng Vredeburg, pada waktu pembangunannya oleh Belanda dengan izin dari Sultan Hamungkubuwono I, benteng ini bernama 'Rustenburg' yang berarti 'Istana istirahat'. Sekitar tahun 1765-1788, benteng kemudian disempurnakan dan berubah menjadi 'Benteng Vendeburg', yang berarti 'Benteng perdamaian'. Memiliki luas sekitar 2100 meter persegi, bangunan berfungsi sebagai sebuah benteng Belanda. Benteng memiliki empat sama sisi, dan di setiap sudut memiliki sebuah menara untuk berjaga-jaga dan Pramuka kegiatan palace dan gerakan masyarakat pada waktu itu.

Benteng Vredebrug mengalami beberapa periode penjajahan Belanda dan Jepang, bahkan saksi bisu ketika terjadi kemerdekaan pada tahun 1945. Hanya pada tahun 1980, dengan izin dari Sultan Hamungkubuwono IX, Vredebrug Fort ditunjuk sebagai pusat pengembangan budaya Nusantara. Puncak pada 23 November 1992 secara resmi ditetapkan sebagai Museum Benteng Vredeburg. Museum ini memiliki koleksi diorama perjuangan kolonial Orde Baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar